1.
UCAPAN DAN EJAAN
A. UCAPAN
Bahasa Indonesia bagi sebagian besar penuturnya adalah bahasa kedua. Para penutur yang berbahasa Indonesia, bahasa Indonesia mereka terpengaruh oleh bahasa daerah yang telah mereka kuasai sebelumnya. Pengaruh itu dapat berkenaan dengan semua aspek ketatabahasaan. Pengaruh yang sangat jelas ialah dalam bidang ucapan. Pengaruh dalam ucapan itu sulit dihindarkan dan menjadi ciri yang membedakan ucapan penutur bahasa Indonesia dari daerah satu dengan daerah yang lain. Sering dengan mudah kita dapat menentukan daerah asal seorang penutur berdasarkan ucapan bahasa Indonesianya.
Bahasa Indonesia bagi sebagian besar penuturnya adalah bahasa kedua. Para penutur yang berbahasa Indonesia, bahasa Indonesia mereka terpengaruh oleh bahasa daerah yang telah mereka kuasai sebelumnya. Pengaruh itu dapat berkenaan dengan semua aspek ketatabahasaan. Pengaruh yang sangat jelas ialah dalam bidang ucapan. Pengaruh dalam ucapan itu sulit dihindarkan dan menjadi ciri yang membedakan ucapan penutur bahasa Indonesia dari daerah satu dengan daerah yang lain. Sering dengan mudah kita dapat menentukan daerah asal seorang penutur berdasarkan ucapan bahasa Indonesianya.
B. EJAAN
Ejaan penting sekali
artinya dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa Indonesia produktif tulis
A. Penulisan Huruf
Kapital
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama yang berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab suci. Untuk
Tuhan kata gantinya pun ditulis dengan huruf kapital. contohnya:
-Engkau
Maha Pengasih lagi maha Penyayang
-Hanya
kepada-Mu kami meminta
Dalam kaitanya dengan
nama diri, gelar kehormatan, keturunan, atau kagamaan, juga ditulis dengan
huruf kapital. contohnya :
-Prof.
dr. Nurdiana Putri Olivia
-Dt.
Katumanggungan
-Dr.Imam Solehudin, Mpd.
-Dr.Imam Solehudin, Mpd.
Tentu saja terpisah
dari nama diri, dalam pengertian umum, huruf-huruf tersebut ditulis dengan
huruf kecil
-Pria itu ditangkap pihak berwenang karena mengaku sebagai nabi.
-Pria itu ditangkap pihak berwenang karena mengaku sebagai nabi.
-Ia merupakan seorang sultan yang bijaksana.
Nama jabatan juga ditulis diawal dengan huruf kapital apabila dikaitkan dengan nama instansi atau nama daerah sebagai pengganti nama diri.
a. Jenderal Moeldoko
b. Menteri Dalam Negeri
Nama diri atau nama
lembaga yang terdiri atas beberapa kata, kata-kata tersebut diawali dengan
huruf kapital kecuali apabila kata tersebut berupa kata tegas. contohnya :
a. Bacharuddin Jusuf Habibie
b. Dewi Sartika
c.
Departemen Sumber Daya Manusia
d.
Pertanian Kota Bukittinggi
Kemudian kata-kata yang digunakan dalam pengertian khusus harus ditulis dengan huruf kapital, sedangkan kata-kata dengan pengertian umum ditulis dengan huruf kecil. Kata presiden, gubernur, universitas, atau fakultas misalnya, dalam pengertian umum ditulis dengan huruf kecil.
Kemudian kata-kata yang digunakan dalam pengertian khusus harus ditulis dengan huruf kapital, sedangkan kata-kata dengan pengertian umum ditulis dengan huruf kecil. Kata presiden, gubernur, universitas, atau fakultas misalnya, dalam pengertian umum ditulis dengan huruf kecil.
Huruf besar
dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen
resmi.
Contohnya:
-Perserikatan Bangsa-Bangsa
Contohnya:
-Perserikatan Bangsa-Bangsa
-Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Huruf besar
dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang
sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judu;
karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang
tidak terletak pada posisi awal.
Contohnya:
- Saya suka membaca majalah Bahasa dan Sastra
- Ia suka membaca harian umum Pos Kupang
Huruf besar
dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.
Contohnya
:
-Dr. doctor
-M.A. Master of Arts
-S.H. Sarjana Hukum
Huruf besar
dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak,
ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Contohnya :
- Meraka pergi bertanya
kepada Pak Camat
-Besok pagi Bapak akan tiba
Huruf besar
dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
contohnya:
-Sudah sadarkah Anda?
-Lamaran Anda telah kami terima
Huruf besar tidak dipakai
sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai
dalam pengacuan atau penyapaan.
contohnya:
- Kita patut menghormati sudara
kita, ibu dan bapak kita.
-Dia adalah salah seorang camat di kabupaten Rote
Ndao.
B. Huruf tebal dan
huruf miring
Seperti halnya nama
lembaga, judul buku atau karangan kata-katanya harus diawali dengan huruf
kapital. Kecuali yang berupa kata tugas. Berbeda dengan nama lembaga, judul
buku atau nama majalah, harus ditulis dengan huruf tebal. Apabila ditulis
dengan tangan kata-kata yang merupakan judul buku ini harus diberi garis bawah.
contohnya :
- Habis Gelap Terbitlah Terang
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
tulisan.contohnya :
-Buku Kecerdasn
Emosional karangan Daniel Coleman
-Surat kabar Pos
Sulawesi
Huruf miring dalam
cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, atau kelompok kata tertentu.
- Tahun 1996, ada nya
buku yang intimidasi dibagian isi buku.
- Buatlah sebuah
kelimat dengan kecerdasan emosional
Huruf miring dalam
cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali
yang telah disesuaikan ejaannya. contohnya:
- Cover penulisan
ilmiah terbuat dari hard cover yang terbuat dari karton tebal.
- Nama latin dari padi
adalah oryza sativa
C. Penulisan Partikel
dan Awalan
Dalam menulis kata-kata sesuai dengan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan perlu diperhatikan penulisan kata atau partikel yang dirangkaikan dan yang tidak dirangkaikan.
Ada kata atau awalan yang harus ditulis serangkai, yaitu (adi)
Contohnya :
-adidaya, adikuasa,
- adimarga, adibusana
Juga awalan (awa)
Contoh :
-awabau, awaair
-awawarna, awasuara.
Awalan (de-) pada kata-kata pinjaman dari bahasa Inggris dan belanda seperti
Contohya :
-deodorant, dehidrasi
-devoice yang artinya ‘penghilangan’ atau ‘alat’ untuk menghilangkan’.
Dalam menulis kata-kata sesuai dengan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan perlu diperhatikan penulisan kata atau partikel yang dirangkaikan dan yang tidak dirangkaikan.
Ada kata atau awalan yang harus ditulis serangkai, yaitu (adi)
Contohnya :
-adidaya, adikuasa,
- adimarga, adibusana
Juga awalan (awa)
Contoh :
-awabau, awaair
-awawarna, awasuara.
Awalan (de-) pada kata-kata pinjaman dari bahasa Inggris dan belanda seperti
Contohya :
-deodorant, dehidrasi
-devoice yang artinya ‘penghilangan’ atau ‘alat’ untuk menghilangkan’.
Awalan (mala)
Contohnya :
-malabentuk, malapraktik
-malagizi.
Kata antara ditulis terpisah, tetapi antar- ditulis serangkai
Contoh:
-antarkota, antarpulau
-antarnegara, antarbangsa.
Kata maha apabila dirangkai dengan kata dasar ditulis serangkai.
Contoh:
-mahasiswa, mahaguru
-Mahakuasa, Mahaadil
Tetapi apabila dirangkai dengan kata bentukan tidak dirangkaikan.
Contoh:
-Maha Pemurah, Maha Mengetahui,
- Maha Pengampun.
Awalan pra-, pasca-, pramu-, purna-, tuna-.
Contoh:
-prasejarah, pascasarjana, pascapanen, pramuwisata, pramuria, purnawaktu, purnawirawan,
-swadaya, swalayan, swasembada, tunakarya, tunasusila, tunarungu.
Contohnya :
-malabentuk, malapraktik
-malagizi.
Kata antara ditulis terpisah, tetapi antar- ditulis serangkai
Contoh:
-antarkota, antarpulau
-antarnegara, antarbangsa.
Kata maha apabila dirangkai dengan kata dasar ditulis serangkai.
Contoh:
-mahasiswa, mahaguru
-Mahakuasa, Mahaadil
Tetapi apabila dirangkai dengan kata bentukan tidak dirangkaikan.
Contoh:
-Maha Pemurah, Maha Mengetahui,
- Maha Pengampun.
Awalan pra-, pasca-, pramu-, purna-, tuna-.
Contoh:
-prasejarah, pascasarjana, pascapanen, pramuwisata, pramuria, purnawaktu, purnawirawan,
-swadaya, swalayan, swasembada, tunakarya, tunasusila, tunarungu.
Kata-kata seperti
anti-, non-, sub-, poli-. ultra-, supra-,
Contohnya :
-antikomunis, nongelar, subunit,
-politeknik, ultramodern, supranatural.
Gabungan dua kata yang diapit oleh awalan dan akhiran juga ditulis serangkai. Contoh:
-pertanggungjawaban, ketidakhadiran, dan menandatangani.
Kata-kata yang harus ditulis serangkai ialah:
Contohnya :
- padahal, daripada, barangkali, sekaligus,
-apabila, bilamana, jikalau, andaikata, manakala.
Contohnya :
-antikomunis, nongelar, subunit,
-politeknik, ultramodern, supranatural.
Gabungan dua kata yang diapit oleh awalan dan akhiran juga ditulis serangkai. Contoh:
-pertanggungjawaban, ketidakhadiran, dan menandatangani.
Kata-kata yang harus ditulis serangkai ialah:
Contohnya :
- padahal, daripada, barangkali, sekaligus,
-apabila, bilamana, jikalau, andaikata, manakala.
D. Penulisan Bilangan
Bilangan ada yang
harus ditulis dengan angka, ada yang harus ditulis dengan huruf.
Contohnya :
-ke-3 atau III, abad kedua puluh, abad ke-20 abad XX.
Contohnya :
-ke-3 atau III, abad kedua puluh, abad ke-20 abad XX.
Bilangan yang
menunjukan tahun, jam, tanggal, nomor rumah, harus ditulis dengan
angka.
Contohnya :
-dua jam lima belas menit sepuluh detik ditulis 2.15.10
Contohnya :
-dua jam lima belas menit sepuluh detik ditulis 2.15.10
Bilangan yang
digunakan untuk memberi nomor bab, subbab, atau bagian-bagian dari
subbab. Bilangan yang menunjukkan jumlah dari satu sampai sembilan ditulis
dengan huruf, jumlah seperti “dua juta rupiah” dapat juga ditulis dengan huruf,
kecuali di dalam tabel atau grafik.
Dalam tabel atau grafik jumlah satu sampai sembilan pun ditulis dengan angka.
Di samping itu jumlah seperti uang, luas tanah, berat suatu benda, jarak antara suatu tempat dengan tempat lain, singkatnya jumlah yang menyatakan ukuran dengan timbangan, selalu ditulis dengan angka, atau kadang ditulis dengan angka tetapi juga disertai dengan huruf yang ditaruh di antara tanda kurung.Dalam penulisan jumlah, ukuran dan timbangan itu di gunakan juga tanda titik dan koma. Singkatan-singkatan seperti Rp (rupiah), kg (kilogram), m (meter), lt (liter) tidak perlu ditulis dengan tanda titik. Tanda titik digunakan pada jumlah satuan ribuan.
Contoh:
Rp.1.000.000.
Bilangan yang menyatakan rupiah digunakan tanda koma di belakang satuan rupiah yang diikuti oleh nol nol untuk satuan ketip dan sen.
Contohnya :
-satu juta lima ratus ribu rupiah ditulis Rp 1.500.000,00.
Dalam tabel atau grafik jumlah satu sampai sembilan pun ditulis dengan angka.
Di samping itu jumlah seperti uang, luas tanah, berat suatu benda, jarak antara suatu tempat dengan tempat lain, singkatnya jumlah yang menyatakan ukuran dengan timbangan, selalu ditulis dengan angka, atau kadang ditulis dengan angka tetapi juga disertai dengan huruf yang ditaruh di antara tanda kurung.Dalam penulisan jumlah, ukuran dan timbangan itu di gunakan juga tanda titik dan koma. Singkatan-singkatan seperti Rp (rupiah), kg (kilogram), m (meter), lt (liter) tidak perlu ditulis dengan tanda titik. Tanda titik digunakan pada jumlah satuan ribuan.
Contoh:
Rp.1.000.000.
Bilangan yang menyatakan rupiah digunakan tanda koma di belakang satuan rupiah yang diikuti oleh nol nol untuk satuan ketip dan sen.
Contohnya :
-satu juta lima ratus ribu rupiah ditulis Rp 1.500.000,00.
TANDA BACA
- Tanda titik (.)
Fungsi dan pemakaian tanda titik:
- Untuk
mengakhiri sebuah kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan,
- Diletakan
pada akhir sinkatan gelar, jabatan, pangkat dan sapaan,
- Pada
singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum,
Contoh :
- Menggunakan
tanda baca dengan benar agar tidak terjadi kesalah pahaman.
- Adit
senang mengobati orang sakit.
- Kutipan
menarik itu diambil dari hlm 5 dan 8.
- Tanda Koma (,)
Fungsi dan pemakaian
tanda koma antara lain:
- Memisahkan
unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilang,
- Memisahkan
anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului
induk kalimat,
- Memisahkan
petikan langsung dari bagian lain dakam kalimat, dll.
Contoh :
- Studio
tersebut tersedia berupa gitar, drum dan bass.
- Apabila
keliru memilih bidang spesialisasi, usaha tidak dapat melaju.
- “Jangan
buang sampah sembarangan,” kata Rudi.
- Tanda Seru (!)
Fungsi dan pemakaian tanda seru :
- Tanda
seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan berupa seruan atau perintah
atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi
yang kuat.
Contoh :
- Jangan
letakan benda itu di depan saya !
- Tanda Titik Koma (;)
Fungsi dan pemakaian titik koma adalah:
- Memisahkan
bagian-bagian kalimat yang sejenis atau setara
- Memisahkan
kalimat yang setara didalam satu kalimat majemuk sebagai pengganti kata
penghubung.
Contoh :
- Hari
makin sore; kami belum selesai juga.
- Desi
sibuk bernyanyi; ibu sibuk bekerja di dapur; adik bermain bola.
- Tanda Titik Dua (:)
Tanda Titik Dua digunakan dalam hal-hal sebagai berikut
- Pada
akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
- Pada
kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian
- Dalam
teks drama sesudah kata yang menunjukan pelaku dalam percakapan
Contoh :
- Fakultas
Ekonomi UPN Jogja memiliki tiga jurusan: Akuntansi, Managemen, dan Ilmu
Ekonomi.
- Project
By: Alland Project
Penulis: Indra Lesmana
Editor: Wicak
- “Jangan
datang terlambat.”
Budi: “Siap, Pak.”
- Tanda Hubung (-)
Tanda hubung dipakai dalam hal-hal seperti berikut:
- Menyambung
unsur-unsur kata ulang
- Merangkai
unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing—-
Contoh :
- Anak-anak
kelaparan di negara Afrika adalah akibat globalisasi.
- di-
packing
- Tanda Elipsis (…)
Tanda elipsis dipergunakan untuk menyatakan hal-hal seperti
berikut
- Mengambarkan
kalimat yang terputus-putus
- Menunjukan
bahwa satu petikan ada bagian yang dihilangkan
Contoh :
- “PLAK
….. ALHAMDULLLIILAHH ……” kuda itu berjalan dengan cepat,
sampai-sampai orang itu tidak bisa mengendalikanya, di depan terlihatlah
jurang yang sangat dalam.
- Tanda Tanya (?)
- Tanda
tanya selalunya dipakai pada setiap akhir kalimat tanya.
- Tanda
tanya yang dipakai dan diletakan didalam tanda kurung menyatakan bahwa
kalimat yang dimaksud disangsikan atau kurang dapat dibuktikan
kebenarannya.
Contoh :
- Siapa
Presiden Indonesia saat ini?
- Tanda Kurung ( )
Tanda kurung dipakai dalam ha-hal berikut
- Mengapit
tambahan keterangan atau penjelasan
- Mengapit
keterangan atau penjelasan yang bukan bagian pokok pembicaraan
- Mengapit
angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan
Contoh :
- Jumlah
barang yang diminta pada berbagai tingkat harga disebut demand
(permintaan).
- Tanda Kurung Siku ( [..] )
Tanda kurung siku digunakan untuk:
- Mengapit
huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada akhir
kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain
- Mengapit
keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung
Contoh :
- Persamaan
akuntansi ini (perbedaannya ada di Bab 1 [lihat halaman 38-40]) perlu
dipelajari disini
.
- Tanda Petik (“…”)
Fungsi tanda petik adalah:
- Mengapit
petikan lagsung yang berasal dari pembicaraan, naskah atau bahan tertulis
lain
- Mengapit
judul syair, karangan, bab buku apabila dipakai dalam kalimat
- Mengapit
istilah kalimat yang kurang dikenal
Contoh :
- Pasal
36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara adalah Bahasa Indonesia.”
- Tanda Petik Tunggal (‘..’)
Tanda Petik tunggal mempunyai fungsi :
- Mengapit
petikan yang tersusun di dalam petikan lain
- Mengapit
terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing
Contoh :
- “Dia
bilang padaku ‘jangan kau ganggu dia’, seketika itu aku ingin
mengingatkannya kembali.” Ujar Andi.
- Tanda Garis Miring (/)
- Tanda
garis miring dipakai dalam penomoran kode surat
- Tanda
garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per atau nomor
alamat
Contoh :
- Modem
itu memiliki kecepatan sampai 7,2 Mb / s.
- Tanda Penyingkat (Apostrof) (‘)
- Tanda
Apostrof menunjukan penghilangan bagian kata.
Contoh :
- Budi
bertugas sebagai pembaca pembukaan UUD ‘45.
2. KATA DAN PILIHAN
KATA
PENGERTIAN KATA DAN
PILIHAN KATA
Kata secara sederhana
adalah sekumpulan huruf yang mempunyai arti. dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
memiliki arti tersendiri, yaitu kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau
dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat
digunakan dalam berbahasa. kata juga mengandung arti, sederetan huruf yang
diapit dua spasi dan mempunyai arti.
Diksi adalah ketepatan
pilihan kata untuk menyatakan sesuatu. Diksi atau pilihan kata pada dasarnya
adalah hasil upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea,
atau wacana. Diksi atau pilihan kata merupakan satu unsur yang sangat penting,
baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari.
Pilihan kata atau Diksi
adalah pemilihan kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan.
Diksi atau Plilihan kata mencakup pengertian kata – kata mana yang harus
dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata –
kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling
baik digunakan dalam suatu situasi.
MAKNA KATA
1. Sinonim adalah
kata-kata yang memiliki kesamaan atau kemiripan makna.
Contoh:Siuman=sadar,datang=tiba=sampai
2. Antonim adalah
kata-kata yang memiliki makna berlawanan.
Contoh:besar-kecil,atas-bawah,siang-malam
Antonim dibedakan
menjadi:
a.Antonim kembar
:Putra-putri,dewa-dewi,pemuda-pemudi.
b.Antonim gradual
:Panjang-pendek,tinggi-rendah,tua-muda.
c.Antonim relasional
:Suami-istri,guru-murid,penjual-pembeli.
d.Antonim majemuk
:Emas-perak,gelang-kalung,pintu-jendela,dan sebagainya
e.Antonim hierarkis
:Jendral-kopral,kilometer-meter,dan sebagainya.
3. Polisemi adalah suatu
kata yang memiliki makna ganda.Namun demikian,diantara makna tersebut masih
terdapat hubungan makna:
Contoh :Anak saya
sakit(keturunan)
Ia anak buahku(bawaan)
Hati-hati,anak tangga
itu rapuh(bagian tangga yang di injak)
4. Hiponim adalah suatu
kata yang maknanya telah mencakup oleh kata yang lain.Hubungan makna kata satu
dengan yang lain akan
menghasilkan kata(superordinat dan subordinat)
Pakaian
Superordinat(hipernim)
Baju Celana Kaos
Subordinat(hiponim)
kohiponim
5. Hipernim adalah suatu
kata yang maknanya mencakup kata lain.
Contoh: Bunga
Melati Menur Mawar
6. Homonim adalah
kata-kata yang memiliki kesamaan ejaan dan bunyi namun berbada artinya.
Contoh :Bulan ini adikku
menikah,malam ini bulan tidak bersinar
7. Homofon adalah
kata-kata yang memiliki bunyi yang sama tetapi ejaan dan artinya berbeda
Contoh :saya tidak
sangsi lagi.
Yang melanggar akan
mendapatkan sanksi.
Dilarang masuk dalam
ladang perburuan.
Kita harus mentaati
Undang-undang Perburuan.
8. Homograf adalah
kata-kata yang memiliki tulisan sama tetapi bunyi dan artinya berbeda.
Contoh :Ia tidak tahu
tentang masalah itu.
Nenekku suka makan tahu.
Catatan:Homonim sering
dikacaukan dengan polisemi.Keduanya mempunyai perbedaan seperti sebagai
berikut:
No Homonim No Polisemi
1. Berupa dua kata atau
lebuh 1. Berasal dari satu kata
2. Tidak ada hubungan
arti 2. Ada hubungan arti
3. Dipergunakan secara
denotatif 3. Dipergunakan secara konotatif kecuali kata induk
4. Contoh: Bisa ular
bisa mengakibatkan kematian 4. Contoh: Kepala kantor iu sedang sakit kepala
STRUKTUR
LEKSIKAL
Yang dimaksud dengan struktur
leksikal adalah bermacam-macam pertalian semantik yang terdapat di dalam kata.
1.
Polisemi
Seperti terlihat dalam contoh yang
lalu, satu kata mungkin mempunyai arti lebih dari satu. Di antara arti-arti itu
masih ada hubungan, meskipun hanya sedikit atau hanya bersifat kiasan. Kata
angin misalnya dalam arti gramatikal masih dapat dicari hubungannya dengan yang
bermakna leksikal. Kata-kata yang dapat memiliki bermacam-macam arti
demikianlah yang disebut dengan polisemi. Poli berarti banyak, semi berarti
tanda.
Dalam kamus Linguistik Harimurti
Kridalaksana, kata polisemi dijelaskan sebagai memiliki makna pemakaian bentuk
bahasa seperti kata, frase, dan sebagaina dengan makna yang berbeda-beda.
Misalnya:
Sumber, yang berarti: 1) Sumur, 2) Asal, 3) Tempat sesuatu yang
banyak;
Kambing
hitam, yang berarti: 1) Kambing yang
hitam, 2) Orang yang dipersalahkan.
Kata polisemi dalam bahasa Inggris
adalah polysemy atau multiple meaning.
Polisemi merupakan perkembangan
makna kata. Perubahan makna kata dapat terjadi dalam suatu bahasa atau dari
satu bahasa ke bahasa yang lain. Dalam proses perubahan makna kata, makna asal
ada yang masih tetap bertahan di samping makna baru ada pula yang hilang tidak
dipergunakan lagi dalam pemakaian bahasa sehari-hari.
2.
Homonimi
Apabila dalam polisemi kita
berbicara mengenai satu kata yang mempunyai beberapa arti, maka dalam homonimi
kita memperoleh kenyataan lain bahwa yang menyangkut dua kata atau lebih yang
berlainan makna, tetapi mempunyai bentuk yang sama (homograf) atau mempunyai
bunyi yang sama (homofon). Dalam polisemi kita hanya berhadapan dengan satu
kata saja. Sedangkan dalam homonimi kita berhadapan dengan dua kata atau lebih.
Dalam homonimi seakan-akan kita
berhadapan dengan satu kata yang mempunyai beberapa arti, tetapi arti yang satu
dengan yang lain tidak mempunyai hubungan sama sekali. Dalam hal ini sebetulnya
bukan satu kata melainkan beberapa kata (yang berlainan asal usulna) yang
secara kebetulan mempunyai bentuk yang sama.
Contoh kata-kata yang berhomonim:
Bisa,
ketoprak, beruang, mengerang, dan
sebagainya.
Bisa, berarti:
1) dalam bahasa Jawa berarti sanggup
atau dapat, 2) bahasa Melayu yang berarti racun.
Ketoprak, berarti:
1) dari Bahasa Jawa berarti sebangsa
sandiwara dengan menari dan menyanyi disertai gamelan, 2) dari bahasa Jakarta
berarti nama makanan terdiri dari tahu dan taoge, kecap dan sebagainya.
Beruang, berarti:
1) nama binatang buas,
2) mempunyai ruang (bentuk dasar
ruang mendapatkan afiks –ber),
3) mempunyai uang (dari bentuk dasar
uang mendapat afiks –ber).
Mengerang, berarti:
1) mengeluh, merintih karena
kesakitan (dari kata erang mendapat afiks me-),
2) mencari kerang.
Kata homonimi berasal dari bahasa
Yunani Kuno yakni onoma yang berarti nama dan homos yang berarti sama. Arti
harfiahnya sama nama untuk benda lain. Dalam bahasa Indonesia
kadang-kadang homonimi masih dapat dibedakan lagi atas homograf dan homofoni
(homofon). Semua contoh tersebut adalah homonym yang bersifat homofon. Yaitu
kata-kata yang mempunyai bunyi atau ucapan yang sama. Sedangkan kata-kata sedan
(1), sedan (2), teras (1), dan teras (2), adalah kata-kata homonym yang
bersifat homograf. Yaitu kata-kata yang sama tulisannya.
3.
Sinonimi
Sinonimi atau lebih dikenal dengan
istilah sinonim yaitu kata-kata yang bentuknya berbeda tetapi artinya sama.
Kata sinonim berasal dari kata Yunani Kuno onoma yang berarti nama dan syn yang
berarti dengan. Secara harfiah artinya adalahnama lain untuk benda yang sama.
Yang dimaksud sama dalam batasan ini
tidak bersifat mutlak, sebab dalam pemakaian sehari-hari tidak ada dua kata
yang benar-benar sama maknanya. Bahkan yang dikatakan sinonim itu mempunyai
makna yang sama sekali berlainan.
Gorys Keraf membuat batasan sinonimi
adalah suatu istilah yang dapat ditafsirkan sebagai:
1. Telaah mengenai bermacam-macam
kata yang memiliki makna yang sama
2. Keadaan di mana dua kata memiliki
makna yang sama
Sebaliknya sinonim adalah kata yang
memiliki makna yang sama.
Dalam kamus Linguistik Harimurti
Kridaklaksana dijelaskan bahwa sinonim yaitu bentuk bahasa yang maknanya mirip
atau sama dengan bentuk lain; kesamaan itu berlaku bagi kata, kelompok kata,
atau kalimat. Walaupun umumnya yang dianggap sinonim hanyalah kata-kata saja.
Bagaimana sinonim-sinonim itu
terjadi?
1. Karena perkembangan sejarah,
terutama melalui proses serapan. Pengenalan dengan bahasa asing mengakibatkan
masuknya kata-kata baru yang sebenarnya sudah ada padanannya dalam bahasa
sehari-hari. Seperti kitab dan buku.
2. Karena masuknya kata-kata daerah
atau dialek-dialek yang berbeda. Seperti tali dan tambang, singkong dan ketela.
3. Karena perbedaan gaya atau
register. Seperti mati dan meninggal, kuat dan perkasa, bagus dan elok.
4. Makna emotif (nilai rasa) dan
evaluatif dapat pula menciptakan sinonim-sinonim. Makna denotatif atau juga
disebut makna kognitif, makna ideasional, makna proposisional atau makna
denotasional dari kata-kata itu tetap sama seperti: gadis, dara dan perawan.
Opas, kuli dan budak. Ekonomis, hemat dan irit.
Di samping itu masih ada sinonim
yang bersifat kolokasional yaitu ada kata-kata yang hanya muncul dalam hubungan
dengan kata tertentu. Misalnya kata belia bersinonim dengan teruna, remaja dan
muda, tetapi kata yang boleh diikutinya dan didahuluinya tidak sama.
4.
Hiponimi
Antara sebuah kata dengan kata yang
lain sering terdapat semacam relasi atas dan bawah, yang dalam ilmu bahasa
disebut hiponimi. Karena ada tingkat atas dan bawah, maka kata yang
berkedudukan sebagai kelas atas disebut superordinat dan dikelas bawah disebut
hiponim. Contohnya bunga mawar, bunga dahlia, bunga kamboja, bunga melati.
Mawar, dahlia, kamboja dan melati merupakan hiponim. Sedangkan Bunga adalah
superordinatnya.
Dari Kamus Linguistik Harimurti
Kridalaksana kita dapat memperoleh kejelasan bahwa hiponimi adalah hubungan
dalam semantik antara makna spesifik dan makna generik. Makna generik yaitu
unsur leksikal yang maknanya mencakup segolongan unsur.
Misalnya antara kucing, anjing, dan
kambing di satu pihak dan hewan di pihak yang lainnya. Kucing, anjing dan
kambing disebut hiponim dari hewan; hewan disebut superordinat dari kucing,
anjing dan kambing; kucing, anjing dan kambing disebut ko-hiponim.
5. Doblet
Ada kata-kata yang benar-benar sama
asal usulnya dan dalam perkembangannya lalu ada yang berbeda bentuk maupun
artinya. Jikalau sepatah kata timbul dan mempunyai dua varian, kemudian varian
itu diberi arti yang berlainan, maka doblet ini bisa timbul.
Misalnya sajak dengan sanjak. Jabat
dengan jawat. Negara dengan negeri dan sebagainya.
3. KALIMAT EFEKTIF
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang
dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan
bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan
maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun,
dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan
dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus
memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua
unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa.
Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat. Disini, kalimat dibagi menjadi
dua, yaitu :
Efektif mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan
berguna jika dipakai pada sasaran yang tepat. Pengertian efektif dalam kalimat
adalah dan ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam situasi
kebahasaan tertentu pula. Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa
ahli bahasa :
1. Kalimat efektif
adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal,
dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta
sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)
2. Kalimat efektif
adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain
secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan:2001)
3. Kalimat efektif
adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan
enak dibaca. (Arifin: 1989)
4. Kalimat efektif
dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi
tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi:
2009)
5. Kalimat efektif di
pahami sebagai sebuah kalimat yang dapat membantu menjelaskan sesuatu persoalan
secara lebih singkat jelas padat dan mudah di mengerti serta di
artikan. (ARIF HP: 2013)
Dari beberapa
uraian di atas dapat diambil kata kunci dari definisi kalimat efektif yaitu
sesuai kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami. Jadi, kalimat efektif adalah
kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami oleh
pendengar atau pembaca.
Kalimat efektif
syarat-syarat sebagai berikut:
1.secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2.mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
1.secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2.mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
Ciri-Ciri Kalimat Efektif
:
1. KESATUAN GAGASAN
Memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal.
Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.
Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan).
1. KESATUAN GAGASAN
Memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal.
Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.
Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan).
2. KESEJAJARAN
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah
:
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
3. KEHEMATAN
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.
4. PENEKANAN
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
• Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
• Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?
• Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
• Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
• Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
• Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?
• Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
• Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.
5. KELOGISAN
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
Referensi :
https://desifitras.wordpress.com/2014/11/03/tugas-i-ucapan-dan-ejaan/
http://kittingblogger.blogspot.co.id/2015/04/ucapan-dan-ejaan.html
http://tifaniffa.blogspot.co.id/2013/10/kata-dan-pilihan-kata.html
https://dioramakata.wordpress.com/2014/01/09/struktur-leksikal/
https://taufikhidayatzein.wordpress.com/2013/11/05/kalimat-efektif-ciri-ciri-dan-contoh-kalimat-efektif/
0 comments